Gempa bumi Tokyo-Yokohama, dikenal sebagai Great Kanto Earthquake (Gempa Besar Kanto), adalah salah satu bencana alam paling dahsyat dalam sejarah Jepang. Gempa ini terjadi pada 1 September 1923, dan menyebabkan kehancuran besar di wilayah Tokyo, Yokohama, serta daerah sekitarnya di kawasan Kanto.
Baca Juga : Bencana Topan Nina di Henan, 1975
Kronologi Gempa
Pada pukul 11:58 pagi, gempa dengan kekuatan sekitar 7,9-8,2 skala Richter mengguncang kawasan tersebut selama kurang lebih 4-10 menit. Getaran gempa terasa hingga beberapa ratus kilometer dari pusatnya dan menimbulkan kerusakan yang meluas. Tokyo, ibukota Jepang, dan Yokohama, pelabuhan utama, menjadi kota yang paling parah terdampak.
Dampak dan Kerusakan
Selain kehancuran bangunan akibat getaran, gempa ini juga memicu kebakaran besar di seluruh wilayah Tokyo dan Yokohama, karena banyak bangunan yang terbuat dari kayu. Pada saat itu, penduduk sedang memasak makan siang menggunakan api terbuka, sehingga api cepat menyebar dan sulit dipadamkan. Salah satu kebakaran besar terjadi di Taman Rikugien Tokyo, tempat ribuan orang yang mencari perlindungan tewas terbakar.
Total korban tewas akibat gempa dan kebakaran diperkirakan mencapai 140.000 jiwa, termasuk banyak yang hilang dan dianggap meninggal. Sekitar 570.000 rumah hancur atau rusak, dan lebih dari 1,9 juta orang kehilangan tempat tinggal.
Efek Sosial dan Ekonomi
Gempa bumi ini menimbulkan dampak besar pada ekonomi dan infrastruktur Jepang. Tokyo dan Yokohama, dua pusat ekonomi terpenting, mengalami kerugian besar. Banyak pabrik, bank, kantor, dan fasilitas umum yang hancur, mengganggu jalur perdagangan dan komunikasi. Selain itu, banyak pergerakan sosial dan politik yang terjadi sebagai akibat dari gempa ini. Terjadi peningkatan kekerasan dan diskriminasi terhadap kelompok minoritas, terutama orang Korea, yang dituduh melakukan sabotase dan pencurian selama kekacauan pasca-gempa.
Dalam konteks ekonomi, pemerintah Jepang mengeluarkan dana besar untuk membangun kembali wilayah yang hancur. Proyek rekonstruksi ini juga membawa pembaruan dalam perencanaan kota dan arsitektur bangunan, dengan banyak gedung modern mulai dibangun untuk lebih tahan terhadap gempa.
Pelajaran dari Bencana
Gempa Bumi Tokyo-Yokohama mengajarkan Jepang tentang pentingnya kesiapsiagaan terhadap bencana. Setelah peristiwa ini, pemerintah Jepang mulai mengembangkan teknologi dan regulasi untuk mengurangi risiko gempa bumi. Standar konstruksi bangunan diperketat, terutama untuk struktur-struktur penting. Pendidikan bencana juga menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari, dengan pelatihan evakuasi rutin diadakan untuk mempersiapkan masyarakat menghadapi gempa.
Tanggal 1 September, yang merupakan hari terjadinya gempa, diperingati setiap tahun di Jepang sebagai Hari Pencegahan Bencana Nasional, di mana penduduk dan pemerintah melakukan latihan kesiapan untuk menghadapi gempa bumi dan bencana lainnya.
Kesimpulan
Gempa Bumi Tokyo-Yokohama tahun 1923 adalah salah satu tragedi terbesar dalam sejarah Jepang, yang mempengaruhi jutaan kehidupan dan membentuk kembali cara negara ini menghadapi bencana alam. Meskipun bencana ini menimbulkan banyak korban dan kerusakan, Jepang bangkit kembali dan memperkuat sistem kesiapsiagaannya, menjadi contoh bagi dunia dalam hal penanganan bencana.