Gelombang internal adalah salah satu fenomena fisik yang terjadi di dalam lautan atau badan air lainnya. Berbeda dengan gelombang permukaan yang dapat dengan mudah dilihat oleh mata, gelombang internal terjadi di kedalaman air, di mana densitas (kepadatan) air berubah secara bertahap, terutama pada pertemuan antara lapisan air dengan massa jenis yang berbeda. Fenomena ini memiliki peran penting dalam dinamika laut, transfer energi, dan mempengaruhi ekosistem laut.

Baca Juga : Penitentes: Fenomena Es yang Menakjubkan di Pegunungan Tinggi

Mekanisme Terbentuknya Gelombang Internal

Gelombang internal terbentuk di dalam laut ketika terdapat gradien densitas di dalam kolom air. Gradien ini biasanya terjadi karena perbedaan suhu (termostratifikasi) atau salinitas (halostratifikasi) antara lapisan-lapisan air. Di lautan, lapisan air yang lebih ringan (biasanya lebih hangat dan kurang asin) berada di atas lapisan air yang lebih berat (lebih dingin atau lebih asin).

Ketika ada gangguan seperti arus, pasang surut, atau angin, lapisan-lapisan ini mulai bergoyang, menciptakan gelombang yang bergerak di sepanjang batas antara dua lapisan air yang memiliki densitas berbeda. Gelombang ini dikenal sebagai gelombang internal. Walaupun mereka bergerak di dalam air, gelombang internal ini bisa memiliki amplitudo yang jauh lebih besar dibandingkan dengan gelombang permukaan.

Karakteristik Gelombang Internal

  1. Skala dan Ukuran: Gelombang internal biasanya memiliki panjang gelombang yang jauh lebih besar dibandingkan gelombang permukaan. Gelombang internal bisa mencapai puluhan hingga ratusan kilometer dalam panjang, namun mereka bergerak dengan kecepatan yang lebih lambat.
  2. Amplitudo: Amplitudo gelombang internal bisa sangat besar, bahkan mencapai beberapa puluh meter di kedalaman laut. Di daerah tertentu seperti Selat Lombok dan Selat Makassar, Indonesia, amplitudo gelombang internal bisa mencapai hingga 100 meter.
  3. Kecepatan: Gelombang internal bergerak lebih lambat dibandingkan dengan gelombang permukaan karena kerapatan air yang lebih tinggi di kedalaman. Meskipun lambat, gelombang ini dapat bergerak terus menerus tanpa kehilangan energi secara signifikan.
  4. Frekuensi dan Periode: Gelombang internal cenderung memiliki frekuensi yang lebih rendah dibandingkan dengan gelombang permukaan. Hal ini berarti siklus gelombang internal berlangsung lebih lama.

Dampak Gelombang Internal

  1. Pencampuran Air Laut: Gelombang internal memainkan peran penting dalam mencampur lapisan-lapisan air di laut. Mereka membantu transfer nutrien dari lapisan bawah ke lapisan atas, yang penting bagi produktivitas biologi laut, terutama plankton yang menjadi dasar rantai makanan laut.
  2. Pergerakan Energi: Gelombang internal membawa energi dalam jumlah besar. Saat mereka bergerak dan akhirnya pecah atau berinteraksi dengan topografi dasar laut, energi ini dilepaskan, yang berpotensi menciptakan arus-arus kuat di wilayah sekitar.
  3. Pengaruh Terhadap Kapal Selam dan Infrastuktur: Gelombang internal juga dapat mempengaruhi pergerakan kapal selam serta operasi infrastruktur bawah laut, seperti kabel komunikasi dan pipa minyak.
  4. Pengaruh Terhadap Iklim: Gelombang internal membantu dalam proses distribusi panas di lautan, yang berkontribusi pada sirkulasi global air laut yang berperan dalam mengatur iklim bumi.

Contoh Gelombang Internal di Dunia

Gelombang internal bukan fenomena yang langka. Di berbagai belahan dunia, gelombang ini terjadi secara rutin. Salah satu tempat yang terkenal dengan fenomena gelombang internal adalah Selat Gibraltar, di mana pertemuan antara Laut Mediterania dan Samudera Atlantik menciptakan perbedaan densitas yang signifikan, sehingga terbentuk gelombang internal yang besar. Di Indonesia. Selat Lombok dan Selat Makassar juga dikenal sebagai lokasi dengan aktivitas gelombang internal yang sangat aktif.

Kesimpulan

Gelombang internal adalah salah satu fenomena alam yang luar biasa, meskipun mereka tidak terlihat oleh mata manusia. Mereka berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut, mencampur lapisan air, serta berkontribusi terhadap dinamika energi di lautan. Memahami fenomena ini sangat penting bagi ilmuwan kelautan, terutama untuk memprediksi dampaknya terhadap ekosistem dan juga berbagai aktivitas manusia di lautan.